Breaking News

Tambang Emas Ilegal di Manokwari: Operasi Raksasa di Balik Kerusakan Hutan Arfak

JAKARTA, geografyi.com Aktivitas pertambangan emas ilegal di kawasan Distrik Wasirawi, Kabupaten Manokwari, Papua Barat, semakin meluas dan menunjukkan pola operasi berskala besar yang diduga melibatkan jaringan pemodal serta pihak-pihak berpengaruh. Temuan di lapangan memperlihatkan kerusakan lingkungan masif, pencemaran sungai, serta dampak sosial yang semakin mengkhawatirkan bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan penelusuran di jantung pegunungan Arfak, ratusan gubuk tambang berdiri rapat di antara hutan lebat. Meski hanya berupa bangunan semi permanen, fasilitas di lokasi terbilang lengkap: kios logistik, area prostitusi terselubung, hingga koneksi internet via perangkat satelit Starlink, memungkinkan transaksi emas berlangsung setiap hari tanpa pengawasan.

Perjalanan menuju lokasi pun menunjukkan betapa ekstremnya aktivitas tambang tersebut. Jalur tanah yang terjal, longsor berulang, hingga jalan yang tertutup material batu dan pepohonan menjadi bukti bahwa akses telah dibuka secara sistematis untuk mendukung kegiatan tambang. Di beberapa titik, tampak danau-danau besar bekas galian yang menganga, menunjukkan penggunaan alat berat dalam skala yang tidak mungkin dilakukan kelompok penambang kecil.

Di salah satu area, para penambang mengakui bahwa setiap gubuk dihuni 10–12 pekerja, sebagian berasal dari Sulawesi Utara dan Pulau Jawa. Setiap kelompok disebut mampu menghasilkan 500–1.000 gram emas per bulan. Dengan ratusan kelompok di lokasi, jumlah emas yang diambil dari Manokwari dalam enam tahun terakhir diperkirakan mencapai puluhan ton.

Tidak hanya metode galian terbuka, tim juga menemukan terowongan tambang dengan kedalaman puluhan meter. Para pekerja menggali lorong-lorong gelap yang rawan runtuh, menggunakan selang untuk menguras air dan mengangkat material ke permukaan untuk disaring menjadi butiran emas. Skala pembangunan terowongan ini menunjukkan dukungan peralatan, dana, dan logistik jauh di atas kemampuan penambang tradisional.

Kerusakan lingkungan kini mulai dirasakan masyarakat dua distrik sekitar. Air sungai yang menjadi sumber irigasi pertanian telah tercemar lumpur dan bahan kimia yang digunakan dalam proses pemisahan emas, membuat warga tidak bisa lagi bercocok tanam. Aktivitas pertanian pun stagnan, sementara risiko bencana ekologis seperti banjir dan longsor meningkat.

Pemerintah daerah dan aparat keamanan masih berupaya menindak para pelaku. Namun banyak pihak meyakini bahwa operasi tambang sebesar ini tidak mungkin berjalan tanpa dukungan dari jaringan pemodal kuat, termasuk penyandang dana dan penadah emas yang mengatur aliran bisnis di balik layar. Pemerintah didesak untuk tidak hanya menangkap pekerja lapangan, tetapi juga mengusut aktor besar yang diduga memfasilitasi aktivitas ilegal tersebut agar kerusakan Manokwari tidak semakin meluas.

Red GEOGRAFLYI

Iklan Disini

Masukan Kata yang mau dicari

Close