Breaking News

Arsenik Mengintai Warga Teluk Weda: Biomonitoring Ungkap Ancaman Logam Berat di Sentra Hilirisasi Nikel.

JAKARTA, geografyi.com - Penelitian Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako mengungkap temuan mengejutkan di Teluk Weda, Maluku Utara: hampir separuh warga yang tinggal di sekitar kawasan industri nikel memiliki kandungan merkuri di atas ambang aman, sementara sepertiga lainnya terpapar arsenik dalam kadar berbahaya.

Dalam penelitian yang dilakukan Juli 2024 itu, sebanyak 46 sampel darah milik warga, nelayan, dan pekerja tambang dianalisis untuk mengukur potensi paparan logam berat dari aktivitas industri smelter. Hasilnya menunjukkan 47% responden memiliki kadar merkuri tinggi, sementara 32% memiliki arsenik yang melampaui batas aman. Kedua racun ini dikenal merusak organ vital, saraf, hingga meningkatkan risiko kanker dan penyakit jantung.

Tidak hanya pada tubuh manusia, jejak pencemaran juga ditemukan pada sampel ikan segar yang menjadi konsumsi harian warga pesisir. Konsentrasi arsenik pada ikan di perairan Teluk Weda bahkan tercatat meningkat hingga 20 kali lipat dibanding hasil riset LIPI tahun 2007. Beberapa jenis ikan dinyatakan telah melampaui batas aman konsumsi mingguan.

Di tengah masifnya ekspansi industri nikel, Teluk Weda dan Morowali kini menjelma pusat hilirisasi nikel nasional, menyerap lebih dari 120 ribu pekerja. Namun di balik geliat ekonomi, warga mengaku semakin sering mengalami gatal-gatal, sesak napas hingga infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), diperparah oleh paparan debu pembakaran batu bara, limbah smelter, serta penurunan kualitas air laut.

Para peneliti menilai aktivitas peleburan, reklamasi menggunakan limbah industri, serta pembangunan infrastruktur kawasan ikut memperparah kondisi pencemaran. Mereka merekomendasikan pemantauan kualitas udara dan air secara berkala, pembatasan emisi logam berat, hingga penegakan hukum terhadap aktivitas industri yang berpotensi merusak lingkungan dan kesehatan publik.

Temuan ini dinilai menjadi alarm keras bagi pemerintah daerah maupun pusat untuk segera mengambil langkah korektif, mengingat warga pesisir yang paling bergantung pada laut—justru terpapar risiko paling tinggi dari hilirisasi nikel yang digadang-gadang sebagai masa depan energi hijau Indonesia.

Red GEOGRAFLYI

Iklan Disini

Masukan Kata yang mau dicari

Close