Breaking News

Peringkat 13 Dunia, Seberapa Kuat Militer Indonesia di Panggung Global?

JAKARTA, geografyi.com Indonesia kembali menjadi sorotan setelah Global Firepower (GFP) menempatkan kekuatan militernya di peringkat ke-13 dunia, tertinggi di Asia Tenggara dan berada di atas negara-negara seperti Korea Utara, Iran, hingga Israel. Peringkat ini bukan cermin kemenangan dalam perang, melainkan ukuran potensi keseluruhan berdasarkan lebih dari 60 indikator, mulai dari jumlah personel, alutsista, logistik, anggaran, hingga kemampuan teknologi.

Dengan populasi besar dan ekonomi yang terus berkembang, Indonesia mampu mempertahankan kekuatan militer terstruktur. GFP memperkirakan total personel militer mencapai sekitar 1,15 juta orang, terdiri dari 400 ribu personel aktif, 400 ribu cadangan, dan 250 ribu paramiliter. TNI AD menjadi komponen terbesar dengan lebih dari 300 ribu personel, disusul TNI AL sekitar 66 ribu, serta TNI AU sekitar 30 ribu personel. Struktur ini dinilai penting untuk menjaga stabilitas di negara kepulauan yang terbentang dari Sabang hingga Merauke.

Dari sisi alutsista, Indonesia memiliki kombinasi persenjataan modern dari berbagai negara. Di darat, TNI mengoperasikan tank Leopard 2A4 buatan Jerman, tank Harimau hasil kolaborasi dengan Turki, serta sejumlah tank ringan asal Prancis dan Belanda. Di udara, Indonesia mengandalkan F-16 Fighting Falcon dan pesawat serang ringan Super Tucano. Sementara TNI AL diperkuat kapal selam, fregat, dan korvet yang bertugas mengamankan salah satu garis pantai terpanjang di dunia.

Anggaran pertahanan juga turut meningkat. Pada 2024, alokasi belanja pertahanan mencapai 8,8 miliar dolar AS, terbesar kedua di kawasan setelah Singapura. Pemerintah menargetkan peningkatan hingga 9,7 miliar dolar AS pada 2028, sebagian diarahkan untuk modernisasi alutsista dan penguatan industri pertahanan dalam negeri. Produksi lokal kendaraan tempur, kapal perang, dan drone pengintai menjadi bukti berkembangnya kemampuan manufaktur nasional.

Penguatan TNI membawa dampak pada dinamika keamanan kawasan. Negara-negara tetangga menilai Indonesia berperan penting menjaga stabilitas, meski sebagian masih menyimpan kekhawatiran historis terkait agresi militer era 1960-an. Namun arah kebijakan saat ini lebih fokus pada pengamanan wilayah strategis seperti Laut Cina Selatan, penegakan kedaulatan di Natuna, hingga kesiapsiagaan menghadapi ancaman non-tradisional.

Di level global, TNI juga memiliki reputasi kuat melalui misi perdamaian PBB. Lebih dari 2.800 prajurit Indonesia bertugas di berbagai zona konflik, termasuk Lebanon, Sudan, hingga Republik Demokratik Kongo. Kontribusi ini memperlihatkan bahwa kekuatan TNI tidak hanya terletak pada peralatan modern, tetapi juga pada profesionalisme dan kemampuan diplomasi militer.

Dengan modernisasi yang terus berjalan, Indonesia berupaya menegaskan diri bukan sebagai kekuatan agresif, tetapi sebagai aktor stabilitas kawasan yang mengandalkan kemandirian industri pertahanan dan kemampuan militer yang semakin matang.

Red GEOGRAFLYI

Iklan Disini

Masukan Kata yang mau dicari

Close