Botswana kini menjadi salah satu negara paling stabil dan sejahtera di Afrika Sub-Sahara. Negara ini memiliki pendapatan per kapita tertinggi di kawasan, indeks pembangunan manusia tinggi, tingkat korupsi rendah, hingga infrastruktur yang dianggap terbaik di wilayahnya. Keberhasilan itu berakar dari sejarah penjajahan yang tidak terlalu eksploitatif, model pemerintahan adat yang tetap dipertahankan, serta pengelolaan sektor berlian yang transparan melalui kerja sama dengan industri global.
Sebaliknya, Sierra Leon—yang juga memiliki kekayaan berlian sejak 1930—terjebak dalam lingkaran eksploitasi kolonial, perang saudara, kelaparan, dan instabilitas politik. Berlian yang ditemukan justru menjadi sumber konflik bernama blood diamonds, memicu perebutan tambang, kekerasan massal, hingga keruntuhan ekonomi. Warisan kolonialisme brutal, lembaga negara yang rapuh, serta jeratan hutang IMF memperburuk kondisi negara yang kini masuk jajaran termiskin di dunia.
Botswana menikmati manfaat dari tata kelola yang baik, penguatan lembaga negara, serta distribusi pendapatan nasional yang diarahkan untuk pembangunan. Sementara Sierra Leon kehilangan puluhan tahun potensi ekonomi karena hasil buminya dikuasai asing, pemerintah korup, dan konflik internal yang tak kunjung pulih sejak kemerdekaan 1961.
Dua negara ini menjadi gambaran paling jelas bagaimana sejarah kolonialisme, pengelolaan sumber daya, dan kapasitas negara dapat menentukan nasib sebuah bangsa setelah merdeka—bahkan ketika mereka memulai dari titik yang sama.
Red GEOGRAFLYI

Social Footer